Sabtu, 26 November 2011

Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi




Al Habib Al-Imam Al-‘Allamah Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi dilahirkan pada hari jum’at 24 Syawal 1259 H. Di Qasam, sebuah kota di negeri Hadramaut. Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan orang tuanya; ayahandanya : Al-Imam Al-‘arif-billah Muhammad bin Husain bin ‘abdullah Al-Habsyi dan ibundanya : As-Syarifah Alawiyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang shalihah dan amat bijaksana.
Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan menghatamkan Al-Qur’an dan berhasil menguasai ilmu-ilmu dzahir dan bathin sebelum mencapai usia biasanya dibutuhkan untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu, beliau di izinkan oleh para guru beliau untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga cepat sekali beliau menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepemimpinan tiap majelis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.
Selanjutnya beliau melaksanakan tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. Menghidupakan ilmu pengetahuan Agama yang Sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpukan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.
Untuk menampung mereka, dibangunnya masjid “Riyadh” di kota Seiwun (Hadramaut), pondok-pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi kebutuhan mereka dapat belajar dengan tenang dan tentram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari.
Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya, kemudian meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan saja di daerah Hadramaut, tapi tersebar luas di beberaa wilayah negeri lainya, di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.
Di tempat-tempat itu mereka mendirikan pusat-pusat da’wah dan penyiaran agama, mereka sendiri perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani dikalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majelis-majelis ilmu didirikan dibanyak tempat sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali.
Al-Habib Ali sendiri telah menjadikan dirinya sebagai contoh teladan terbaik dalam menghias diri dengan akhlak yang mulia, disamping kedermawanannya yang terkenal dimana-mana serta kewibawaannya yang merata, baik diantara tokoh-tokoh terkemuka ataupun masyarakat awam, sehingga setiap kali timbul kesulitan atau keruwetan diantara mereka, niscaya beliau tampil kedepan untuk menyelesaikan.
Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadramaut, pada hari ahad 20 Rabiul Akhir 1333 H. Dan meninggalkan beberapa putra yang memperoleh pendidikan sebaik-baiknya, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berda’wah dan menyiarkan agama.
Diantara putra-putra beliau yang dikenal di Indonesia ialah putranya yang bungsu: Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi pendiri masjid “Ar-Riyadh” di kota Solo (Surakarta). Ia dikenal sebagai pribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah lembut, sopan santun, serta ramah tamah terhadap siapapun terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya.
Rumah kediamannya selalu terbuka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan. Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabiul awal 1373 H. Dan dimakamkan di kota Surakarta.
Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, disamping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para ulama dimasa hidupnya, juga dengan para keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya.
Diantara karangan beliau yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan dimana-mana, termasuk di kota-kota di Indonesia ialah risalah kecil yang berisi kisah mauli Nabi besar Muhammad SAW., dan diberi judul : Shimthuth Durar fii alkbar maulid khairil basyar wa maa lahu min akhlaq wa au shaf wa shiyar (untian mutiara kisah kelahiran manusia utama : akhlaq, sifat dan riwayat hidupnya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar